Pengendara.com—Capt Dibyo Dwiatmodjo sendirian mengendarai Royal Enfield sengaja mencari jalan pelosok. Berangkat dari Bilabong pada hari Minggu 8 Oktober 2017 pukul 05.15 menuju Rangkasbitung, kemudian mengarah ke selatan menyusuri pantai selatan Pulau Jawa melalui jalur Malingping-Pelabuhan Ratu-Green Canyon-Pantai Logending dilanjut ke Jalan Deandles sampai Srandakan, lalu ke kiri melalui rute Jogya-Solo-Jombang-Pacet-Batu.
Balik arah melalui Trenggalek-Pantai Pelang di pantai selatan Pacitan-Pracimantoro-Wonosari-Jogya. Melanjutkan perjalanan ke arah utara lewat kawasan wisata Borobudur-Dieng-Kajen-Pemalang-Kuningan-Subang-Waduk Jatiluhur-Cileungsi dan pulang ke rumah, 6 days fun ride !
“Perjalanan melalui kota, kampung, desa, gunung, hutan jati, hutan karet, pantai dan sawah. Saya melalui aneka medan jalan, mulai dari jalan bagus mulus sampai jalan rusak, berlubang, jalan sedang diaspal, berkerikil, jalan amblas, banjir… Wis pokoke segala medan,” kata Dibyo, pilot senior Garuda Indonesia ini. Sampai di rumah pada hari Jumat 13 Oktober 2017 pukul 19.00.
Menurut Dibyo, Jakarta dan di daerah, lebih banyak motor daripada jumlah mobil. Tetapi, walaupun semrawut, tak ada satupun yang senggolan. Bagaikan benda-benda langit di sekujur alam semesta tampak semrawut tapi mereka punya rotasi yang sudah pasti dan engga mungkin bertabrakan. Kalaupun ada, itu karena benda langit tersebut sudah kehilangan energi, lalu kesedot benda langit lainnya, kalau dari bumi tampak seperti meteor.
“Begitu juga dengan sepeda motor, kita para riders, punya hati yang sama, kita saling tahu kapan harus ngerem dan kapan harus nge-gas. Kapan harus ngasih jalan dan kapan harus nyrobot. Kalaupun ada yang senggolan, karena ridernya kehilangan energi, baik energi fisik atau energi berfikir. Sangat disarankan para riders fokus saat riding. Dengerin musik apalagi main hp saat riding, hadeuh… Jangan deh please…!!!” kata Dibyo memberi saran.
Di antara ribuan bahkan jutaan sepeda motor, salah satunya motor yang dia kendarai, tumplek blek di jalan raya, bak air yang mengisi di setiap sela ruangan sisa-sisa jalan mobil. “Kita, para riders, adalah juga pembayar pajak tapi sayang, sampai saat ini pemerintah belum menyediakan jalan khusus motor yang memadai, kalau pun ada, mobil-mobil pun ikut nimbrung di jalan motor,” ungkap Dibyo.
Dia meminta seluruh pengendara motor tidak berkecil hati. Pajak yang kita bayarkan selama ini oleh pemerintah lebih banyak dipakai buat bangun jalan mobil, termasuk jalan tol. Kita cukup memanfaatkan sela-sela sisa jalan mobil. Untuk itu, please mohon manfaatkan sisa jalan mobil itu secara efektif dan efisien, sambung Dibyo, jangan bikin stuck karena kita adalah solusi kemacetan. Coba bayangkan kalau kita semua beralih naik mobil, apa gak mampet tuh jalan?
Dibyo juga menghimbau kepada seluruh bikers atau riders untuk mengutamakan keselamatan berkendara. “Tolong memakai helm, kepala bisa benjol kalau kejedug aspal, sayangkan kalau rambut yg habis di salon kemudian rontok gara-gara kesrempet aspal. Lagian kalau naik motor mbok ya jangan pake sendal jepit, kasihan jempol kuku bisa copot kesandung aspal,” kata dia sambil menambahkan, bahwa naik motor itu nikmat. Kalau panas engga kehujanan, kalau hujan engga kepanasan. Salam Satu Aspal !