
Pengendara.com—Ceruk pasar supercars di Indonesia amat segmented. Di tambah lagi, kenaikan pajak barang mewah diterapkan pemerintah yang hingga saat ini mencapai 268 persen. “Tax sangat tinggi, terus terang banyak customers yang menunda pembelian, wait and see dengan kondisi perekonomian,” kata Wawan lulusan bisnis dari Michigan State University, Amerika Serikat ini.
Wawan yang juga anggota Asosiasi Kendaraan Ultra Premium Indonesia (Akupindo) mengharapkan pemerintah dapat merelaksasi pajak yang sangat tinggi ini untuk menggairahkan kembali sektor dunia usaha.

Menurut Wawan, kinerja pemerintah sudah bagus dengan memacu pembangunan infrastruktur seperti jalan tol, jembatan, dan lain sebagainya, namun kebanyakan proyek pemerintah ini yang mengerjakannya perusahaan-perusahaan BUMN. Akibatnya, uang tidak mengalir, lebih banyak keluar masuk kantong pemerintah saja.
Sebaiknya, kata Wawan, proyek-proyek pembangunan tersebut diberikan kepada perusahaan-perusahaan swasta, diberikan kepada pengusaha-pengusaha sehingga dapat merekrut lebih banyak tenaga kerja, dan membuat uang mengalir sebagai stimulus untuk menggairahkan perekonomian nasional agar lebih akseleratif menuju kondisi yang lebih baik.
“Dengan kebijakan pemerintah saat ini, terutama di sektor perpajakan, kondisinya menjadi stagnan. Namun, kami tidak boleh berputus asa. Optimisme ini harus tetap dimiliki kalangan pengusaha dan dunia usaha bahwa perekonomian Indonesia ke depan akan lebih baik lagi,” kata Wawan bersemangat.

Wawan mengaku harus bisa beradaptasi, caranya dengan memiliki strategi khas yang fokus melayani kebutuhan dan keinginan para pelanggannya. Dalam kondisi seperti ini, banyak yang bilang menjual kendaraan ultra premium seperti Aston Martin atau McLaren semakin sulit karena harganya yang selangit. Namun, Wawan tidak sepenuhnya sependapat dengan anggapan tersebut.
Menurut Wawan, orang membeli supercars pada dasarnya dengan passion dan bukan karena functionality ataupun practicality. “Aston Martin dan McLaren untuk hobi, untuk kesenangan para owners. Passion ini yang men-drive seseorang melakukan apapun yang digemarinya,” kata Wawan.
Pendekatan terhadap calon konsumen Aston Martin dan McLaren dia lakukan melalui personal touch serta menciptakan customer intimacy. Wawan sendiri amat berpengalaman dan menguasai product knowledge mengenai supercars. Sehingga pertanyaan macam apapun dari konsumennya, dia mampu menjawabnya.

Pasar Aston Martin dan McLaren, kata Wawan, cukup prospektif ke depan, apalagi McLaren selalu memiliki inovasi dengan teknologi kekinian. McLaren punya development masa depan, namanya McLaren Track 22, yakni perencanaan enam tahun ke depan sampai 2022 dengan mengeluarkan 15 varian baru. Apabila kondisi perekonomian Indonesia semakin membaik, tentunya akan berdampak baik pula bagi McLaren.
Irmawan Poedjoadi mengungkapkan McLaren identik dengan inovasi teknologi dan kecepatan, bermula dari manajemen Formula 1 di sirkuit balap hingga membuat road car. Ikuti terus Pengendara.com