Irmawan Poedjoadi, Part 1, Dari Balap Jalanan ke Sirkuit

    Irmawan Poedjoadi pantas mendapat predikat The Most Seasoned Experts in the Ultra Luxury Automotive in Indonesia. Ia pernah menangani brand supercars dunia seperti Ferrari dan Maserati. Saat ini, dia memimpin Aston Martin dan McLaren. Resepnya Customer Intimacy. Lebih dekat bersama pria yang akrab disapa Wawan ini, kami sajikan secara berseri.

    0
    3656
    Irmawan Poedjoadi berpose di McLaren 720 S yang belum lama ini diluncurkan secara resmi di Indonesia./Foto Dok. Pribadi/Pengendara.com

    Pengendara.comSejak kanak-kanak Wawan sudah suka roda. Apapun yang namanya roda selalu menyita perhatiannya. Dia senang main radio control. Beranjak remaja dia senang kebut-kebutan naik motor. Sampai orangtuanya membelikan mobil Fiat 850 dan Mini Cooper untuk mengalihkan perhatiannya dari balap liar motor.

    Upaya orangtunya berhasil, namun tidak menghentikannya untuk speeding. Karena dari motor, Wawan malah beralih ke mobil. Dia masuk sirkuit ikut gocart. Bertambah usia dewasa, Wawan semakin larut di sirkuit, tidak lagi adu nyali di jalan raya yang berbahaya.

    Menurutnya, balapan di sirkuit jauh lebih aman. Balapan di jalan umum atau  jalan raya jelas berbahaya, membahayakan diri sendiri dan orang lain. “Kalau mau ngebut memang di sirkuit tempatnya,” tegas Wawan yang kelahiran Surabaya tahun 1957 ini.

    Dia mengaku sering bolos kuliah di kampus UI Rawamangun hanya untuk balapan mobil. Masa itu, sirkuit balap ada di Ancol, dan Wawan semakin intens menekuni hobi balap dengan mengikuti aneka kompetisi.

    Irmawan Poedjoadi juga menangani Aston Martin di Indonesia./Foto Dok. Pribadi/Pengendara.com

    “Ketika tidur dan bermimpi, mimpi saya itu menjajal sirkuit-sirkuit balap di seluruh belahan dunia,” kata Wawan tersenyum. Kegemarannya ini mengantarkannya menjadi pembalap profesional. Selain balapan di sirkuit, dia juga menikmati reli, dan sudah sering kecelakaan, makin banyak celakanya malah. Untuk menghentikan balapan, orangtuanya memindahkan Wawan ke Amerika.

    Saat dia kuliah di Amerika, industri otomotif di Detroit masih berjaya. Pabrik-pabrik masih banyak yang produktif dan General Motors (GM) menjadi market leader, sebelum dihantam Jepang. Wawan banyak menimba ilmu otomotif di luar negeri yang membuatnya semakin cinta pada dunia otomotif dan fokus pada roda empat.

    Balik ke Indonesia, dia balapan lagi. Sampai kemudian Wawan memutuskan untuk menjadi manajer reli, menjual mobil-mobil khusus reli, dan menjadi agen mobil Subaru di Indonesia pada era 90’an. Menjelang millenium tahun 2000, Wawan bergabung dengan Ferrari dan Maserati bersama sahabatnya Soetikno Soedarjo.

    Wawan mengajak valued customers nya menikmati sensasi balap di sirkuit, meng-create pengalaman berkesan.

    Ia menjadi CEO PT Citra Langgeng Otomotif yang menjadi importir umum (IU) supercars Ferrari dan Maserati. Di masa kepemimpinannya, kendaraan ultra premium ini banyak dibeli dan dimiliki warga masyarakat Indonesia. Ini membuktikan expertise Wawan dalam menjual supercars.

    Konvoi komunitas McLaren Indonesia./Foto Ist/Pengendara.com

    Bagaimana cara Irmawan Poedjoadi membangun kedekatan personal dan melakukan penetrasi Supercars dalam niche market di Indonesia? Ikuti terus Pengendara.com