Djonnie Rahmat Part 7, Good Leader and Great Tourer

    Djonnie Rahmat identik dengan gaya hidup Harley-Davidson. Dia berhasil menumbuhkembangkan loyalitas, kecintaan, sense of belonging para bikers dan komunitasnya terhadap brand dan produk Harley-Davidson di Indonesia. Kami dedikasikan tulisan berseri ini sebagai bentuk apresiasi, inilah Lifetime Achievement Award versi Pengendara.com

    0
    1178
    City ride bersama puteri tercinta, Zerlinda Rachel./Foto FB/Pengendara.com

    Pengendara.com—Djonnie membangun dan mengembangkan unit-unit usaha baru di antaranya, penerbitan media yakni Majalah Mabua, baik secara printing dan online. Ia mengembangkan Mabua Cafe dan telah berencana berekspansi ke Mabua Hotel. Semuanya demi kepuasan customers yang menjadi captive market. Bukan sembarang customers, karena customers Mabua Harley-Davidson memiliki buying power yang tinggi.

    Djonnie merasakan everyday is a challenge. Ia senantiasa memantau kinerja setiap unit usaha di Mabua Harley-Davidson Group agar terus bekerja keras, jujur, dan cerdas. Kolaborasi antarunit usaha menyatu dalam motor besar Harley-Davidson.

    Saat Mabua H-D masih ada, pelatihan-pelatihan untuk peningkatan kapasitas dan kapabilitas karyawannya dilakukan secara berkesinambungan/Foto FB/Pengendara.com

     “Setiap karyawan harus bisa naik Harley. Dalam acara tertentu, kami touring bersama. Ini membuat ikatan bersama customers lebih kuat, lekat, dan dekat,” katanya.

    Djonnie menjadikan media massa sebagai mitra. “Kami banyak menyelenggarakan event, touring, dan media gathering. Kami memberikan kesempatan kepada para wartawan untuk menikmati pengalaman menyenangkan mengendarai motor besar Harley-Davidson dan mengenal secara dekat komunitas Harley-Davidson,” kata ayah Samuel dan Zerlinda ini.

    Sampai sekarang, citra pengendara motor besar di Indonesia belum sepenuhnya baik. Sebagian masyarakat masih menilai pengendara motor besar sebagai kelompok atau komunitas yang arogan, ingin menang sendiri di jalan raya.

    Djonnie berupaya membangun citra positif bagi pengendara Harley-Davidson. “Tak kenal maka tak sayang,” katanya. Kendati stigma arogansi masih menempel dan memang sulit untuk hilang.

    Djonnie selalu berada di tengah komunitas pecinta motor besar Harley-Davidson./Foto Pengendara.com

    Apalagi arogansi dikaitkan dengan kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin. Namun, Djonnie mengungkapkan, untuk memupus arogansi dan membuatnya pudar, maka bikers atau komunitas Harley-Davidson perlu menyentuh hati warga masyarakat.

    Bagaimana caranya? Caranya dengan memperbanyak kegiatan-kegiatan sosial dan terpuji, senantiasa menggunakan cara-cara persuasif dan komunikatif saat berhubungan dengan masyarakat.

    Djonnie berharap, bikers Harley-Davidson akan dicintai masyarakat. Karena tidak hanya hobi main Harley, namun juga peduli terhadap masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.

    “Kegiatan sosial semakin banyak, di antaranya, responsif dalam membantu korban bencana alam, menyantuni anak-anak yatim dan piatu, dan kegiatan amal lainnya,” kata Djonnie alumni KSA (Kursus Singkat Angkatan) Ke-12 Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI ini.


    Djonnie bercita-cita seluruh masyarakat di Indonesia, tidak hanya di kota-kota besar saja yang bisa mengenal dan menikmati motor besar Harley-Davidson. Ikuti terus Pengendara.com