Djonnie Rahmat Part 1, Good Leader and Great Tourer

    Djonnie Rahmat identik dengan gaya hidup Harley-Davidson. Dia berhasil menumbuhkembangkan loyalitas, kecintaan, sense of belonging para bikers dan komunitasnya terhadap brand dan produk Harley-Davidson di Indonesia. Kami dedikasikan tulisan berseri ini sebagai bentuk apresiasi, inilah Lifetime Achievement Award versi Pengendara.com

    0
    1960

    Pengendara.com—Harley-Davidson sudah mendarah-daging, internalized dalam diri Djonnie. Sejak kecil, ia berkeinginan memiliki Harley sendiri pada suatu hari nanti. “Saya senang sekali dibonceng Paman naik Harley. Saya sering memperhatikan Harley milik Paman,” kata Djonnie yang kelahiran Sukabumi  20 Juli 1956.

    Kini, tak hanya memilikinya,  ia pernah menjadi part of ownership kelompok usaha Mabua Harley-Davidson yang menjadi authorized dealer Harley-Davidson di Tanah Air pada masa jayanya periode 1997-2016. Namun, semuanya ia raih tak mudah.

    Perjalanan hidup Djonnie penuh lika-liku, suka dan duka. Tidak semua apa yang diinginkannya tercapai. Ketika lulus dari SMA ia ingin menjadi penerbang, supaya bisa traveling ke mana-mana. Namun, ia menyadari  tinggi badan yang kurang dan postur tubuh yang kecil, membuatnya putar haluan.

    Djonnie kemudian fokus mendaftar dan mengikuti tes di Akademi Ilmu Pelayaran (AIP) yang sekarang menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran. Ia ingin menjadi pelaut saja supaya tetap bisa traveling. Djonnie pun diterima sebagai mahasiswa AIP “Saya ingin berlayar keliling dunia,” katanya.

     

    Djonnie Rahmat, bercita-cita jadi penerbang, namun kemudian putar haluan menjadi pelaut./Foto FB/Pengendara.com

    Pendidikan di AIP ternyata bernuansa militer, disiplin tinggi, tegas, dan keras. Sudah kepalang basah masuk AIP, semuanya ia lalui, apapun yang terjadi. Dikerjain terus oleh senior, ia malah menantang seniornya berkelahi. Apalagi ia menguasai bela diri Karate.

    ”Dulu, saya suka berantem, kenakalan ala remaja, pernah jadi preman malak anak-anak sekolah,” kata Djonnie tertawa. Lulus AIP, ia melaut. Kehidupan di lautan yang jauh lebih keras semakin menempa fisik dan mentalnya.

    “Kalau tidak bisa bekerja sama, tidak disukai awak kapal tinggal dicemplungin ke laut. Lautan luas. Mata memandang hanya hamparan air. Pintar berenang pun akan cape sendiri, tenggelam dan tewas,” katanya yang pernah berlayar ke berbagai benua, Timur Tengah; Irak, Iran, Kuwait, Afrika hingga ke Amerika dan Eropa, berhari-hari, berbulan-bulan di atas kapal di laut.

    Lautan mengasah kepribadian dan karakter Djonnie. Seperti ombak yang kadang tenang, kadang bergejolak, bergemuruh, melabrak apapun. Bosan hidup di laut, ia memutuskan untuk mendarat. Bekal pengalaman di laut mematangkan karakternya menjadi penuh percaya diri dan terbiasa berani mengambil risiko.


    Dari laut, Djonnie mendarat, untuk menghadapi kehidupan yang lebih menantang. Bagaimana cerita selanjutnya? Ikuti terus Pengendara.com